Total Tayangan

Kamis, 30 Januari 2014

Pagi Kembali Malam

Entah mengapa aku selalu menyukai suasana di pagi hari.
Di saat bulan bersembunyi dan matahari menampakan diri.
Di saat gelap berubah menjadi terang.
Di saat kesunyian malam berubah menjadi keceriaan pagi.
Pagi membuatku merasakan kehangatan dengan cahaya matahari yang memberikan energi baru bagi kehidupan, yang mampu membuatku bersyukur dengan kekinian.
Proses hidup membuatku belajar bahwa tak selamanya hidup penuh dgn hal yg kita sukai, ada saatnya kita harus menerima dengan penuh ketulusan segala bentuk dalam hidup ini, baik suka ataupun tidak.
Bagai simfoni di dalam diri jika kita mampu mengolah rasa sepi sunyi yg menerangi.
Bergantinya siang menjadi malam dan malam menjadi siang seperti mengajarkan kepada kita bahwa proses perubahan itu akan selalu ada silih berganti.
Seperti halnya bergantinya kebahagiaan menjadi kesedihan dan kesedihan menjadi kebahagiaan.
Duka cita memang penuh dengan air mata, namun dengan ketulusan kita mampu menemukan jalan kembali pulang untuk menemukan kembali cahaya harapan.
Menanti cahaya di saat menikmati gelap dengan penuh kesabaran dan menikmati gelap disaat menanti cahaya dengan penuh ketulusan.
Pada akhirnya kita memang harus kembali menerima malam setelah menikmati pagi, dan akan kembali menikmati pagi setelah menerima kembali malam.

Sabtu, 18 Januari 2014

Pengampunan

Sebuah pertanyaan muncul dari dalam benak, sejauh mana aku ingin memberikannya pengampunan.
Katakanlah sejauh yang aku sanggup berikan, sejauh
aku sanggup bertahan.
Bahkan terlalu lelah rasanya untuk menangis, menangisi sesuatu hal yang tak berkesudahan.
Sampai kapan aku bisa memahamimu, sedangkan diri ini saja belum mampu untuk memahami diri sendiri.
Tuhan Yang Maha Baik, tolong tunjukan kepadaku semua yang perlu aku ketahui mengenai pengampunan dan pemahaman diri.
Sepenuh hati aku ingin ampuni dia, ampuni diri sendiri, dan lepaskan dia.
Membiarkan niatan ini menjadi kebebasan dari penderitaan yang tidak berguna, kemudian lepaskan.
Lepaskan hal yang terus membelenggu, lepaskan semuanya dan berharap kembali pada kesadaran penuh.
Sadar sesadar-sadarnya bahwa hidup ini terlalu berharga untuk dilewati dengan kesalahan-kesalahan.
Saat luka ini terlalu sakit ketika aku sedang terjaga, maka aku hanya ingin tidur terlelap untuk meredam rasa yang ada.
Saat kaki ini terlalu lelah untuk aku gunakan melangkah saat itu aku ingin berhenti melangkah.
Saat pintu hati ditutup oleh orang tersayang, maka aku hanya dapat membiarkan pintu itu tertutup.
Menunggu sampai luka ini sembuh, menunggu sampai kaki ini kembali kuat, menunggu sampai pintu hati terbuka kembali dengan kasih yang lain.